Selasa, 29 Maret 2016

fanfic first: The first love is irreplaceable end

CHAPTER 10
Seorang pemuda terisak tangis di depan sebuh makam dengan nisan bertulis Choi Lin Ta. Dia tak lain adalah Jeon Won Woo, orang yang sangat mencintai gadis yang sekarang terbaring di bawah pemakaman tempatnya terduduk sekarang.
Tak berselang lama seorang lelaki mendekatinya.
“kenapa kau berada di sini? Kau tidak seharusnya menangisi orang yang rela mengorbankan nyawanya demimu”
Won woo berdiri dan mencoba menguatkan hatinya dan mulai beranjak meninggalkan kakakku.
Belum lima langkah Won woo melangkah terdengar suara yang membuat hatinya bergetar.
“aku takkan menghukummu atas semua kejadian ini tetapi hidup tanpa Lin Ta lah yang akan menghukummu.”
Won woo melangkahkan kakinya pergi dengan air mata yang berlinang di sisi pipinya.
‘kenapa kau meninggalkanku, dan kenapa kau meninggalkanku setelah hal-hal yang telah kita lalui bersama, setidaknya jika kau ingin meninggalkanku jangan tinggalkan aku dengan perasaan bersalah seperti ini’ batin Won woo tak menentu dengan perasaan yang tercampur antara rasa bersalah, penyesalan, kerinduan, dan yang terpenting CINTA.
Apa arti dari cinta dan kematian yang sebenarnya.
Bagiku cinta adalah perasaan dimana kau selalu menginginkan seseorang itu dan ingin behagia selamanya dengannya seperti didalam cerita dongeng.
Kematian bagiku adalah dimana engkau merasakan ketenangan dan kesejukan yang tak bisa kau ungkapkan tetapi terselip perasaan yang mengharuskan kita untuk meninggalkan semua yang kita punya dan semua yang kita cintai.
Won woo teringat malam  dimana ia kehilangan wanita pujaannya dan Angelnya demi menyelamatkannya.
Sebuah peluru menembus tepat di dada kiri ku. Ku tatap kakaku dengan senyuman kecil. Aku terjatuh kebawah tepat di pangkuan Won woo.
“andwae chagi, andwae”
Suasana menjadi sangat hangat bagiku dan juga sangat nyaman.
“kenapa kau melakukan ini chagi”Tanya kakakku dengan muka bersalah.
“aku takmau melihat orang yang sangat ku hormati serta ku cintai menjadi pembunuh dan aku juga tidak ingin melihat orang yang sangat kusayangi seta ku cintai pergi karena sebuah dendam yang ada didalam keluargaku sejak lama.”
“mianhae oppa aku tidak bisa menjadi adikmu yang selalu ada disampingmu lagi, dan mianhae Won woo karena aku telah mencintaimu sampai detki ini dan kapanpun juga.”
Isak tangis memecah di antara kedua lelaki yang sangat ku cintai.
Aku masih ingin bersama mereka, tertawa bersama mereka, bercanda bersama mereka dan juga berbahagia bersama dua namja yang sangat sepesial didalam hidupku
Tanganku terkulai dan mataku terpejam dengan senyuman yang melekat di bibirku.
~~~ the end ~~~












fanfic first: The first love is irreplaceable

CHAPTER 9
Sudah 3 minggu aku murung dan mendiamkan Won woo seperti ini. Ponselku bordering berkali-kali dan saat ku tatap layar ponsel terdapat 27 panggilan tak terjawab Won woo. Anak itu memeng selalu menghubungiku walau aku tak pernah menjawabnya diapun sering mencoba mendekatiku dan akupun juga menghindarinya.
Kali ini ponselku bordering lagi dan kali ini Won woo mengirim pesan padaku.
‘mianhae chagi, Jeongmal mianhae chagi aku tidak bermaksud untuk menyembunyikan fakta itu tetapi aku takut kau akan menghindariku, memusuhiku, bahkan meninggalkan ku. Aku meminta maaf atas semua sikapku. Tidak mengapa kau menghindariku dan meninggalkanku tetapi hatiku hanya akan bersamamu selamanya dan semoga kau dapat berbahagia dengan seseorang yang lebih baik dariku.”
Kalimat panjang itupun membuat air mataku deras keluar dari pelipis mataku.
Kesalahanmu bukanlah kendala dalam cintaku dan aku akan selalu mencintaimu tak perduli sebesar apa kesalahanmu hanya saja aku tidak berani menatapmu dengan perasaan yang sedang tak menentu,
Prank!!!
“Ige mwoyeyo?”
“oppa”
Aku terkejut dengan kedatangan kakakku sambil membanting sebuah kotak. Aku mengambil kotak tersebut dan membukanya. Sebuah foto dan juga pesan yang serontak membuatku terkejut.
“chagi kau sudah tahu semua ini kan, kenapa kau tak member tahuku?”
“oppa aku, aku “
“Silmanghaesseoyo”
“oppa”
Kakakku beranjak pergi dengan membanting pintu.
Kupandangi isi kotak tadi, melihat foto yang aku lihat di rumah ibunya Won woo dan kubaca secarik kertas bertuliskan pengakuan dan kata-kata maaf.
Aku menangis terhisak dan ponselku pun berderring.
‘mianhae chagi, Jeongmal mianhae, saranghae’
Won woo mengirim kotak ini dan mengirim pesan. Kenapa pesan yang tertulis di ponselku seperti kalimat perpisahan.
Terdengar suara mobil yang keluar dari rumah dengan terburu-buru.
“bibi kemana kakak pergi?”
Tanyaku tergesa-gesa
Bibi hanya bilang bahwa kakak terlihat sangat marah dan langsung pergi. kulihat di ruang pribadi kakakku.
Dimana, dimana pistol itu. Pistol yang selalu disimpan di laci kakakku tak berada ditempatnya. Apakah, apakah yang akan ia lakukan.
Aku bergegas menuju rumah Won woo dan kulihat mobil kakakku terpakir tepat di parkiran apartement Won woo. Aku segera menuju ke lantai rumahnya dan menekan tombol kombinasi yang pernah Won woo beritahukan padaku.
Berantakan sekali ruangan ini, apa yang terjadi? Aku melihat darah berceceran dilantai dan melihat kakakku yang tiada henti menghajar Won woo secara brutal tanpa ada perlawanan dari Won woo.
“hentikan kak tolong hentikan”
Teriakanku membuat tak membuat kakakku berhenti dan iapun menghempaskan Won woo ke lantai dan mengeluarkan pistol dari sakunya.
Ddoorrrrr

Terdengar tembakan yang membuat seluruh ruangan itu tercengang.

Senin, 28 Maret 2016

fanfic first: The first love is irreplaceable

CHAPTER 8
Kami semakin hari semakin erat. Aku sering datang ke rumahnya dan begitu sabaliknya dengan Won woo yang sering datang kerumahku.
Kali ini aku datang kerumah ibu Won woo untuk menjenguk beliau yang sedang sakit dengan ditemani oleh Won woo sendiri. Rumah Won woo dan ibunya memang berbeda dikarenakan Won woo tinggal di apartement sementara ibunya tinggal di rumah lama kakeknya disebuah desa kecil di sudut kota seoul.
“Annyeong haseyo eommonim”
Sapaku sambil melangkah memasuki kamar dimana terbaring ibu Won woo yang terlihat pucat dengan senyuman kecil di sudut bibirnya.
“kalian datang rupanya”
“ye eommonim, kami datang untuk melihat keadaan eommonim”
Kami saling berbincang cukup lama di dalam kamar sebelum aku dan Won woo melangkah keluar dari kamar bertujuan untuk pulang.
Dirumah ini banyak sekali bingkai foto dan juga buku foto yang tersimpan rapi di rak penyimpanan. Aku meminta Won woo untuk mengambil salah satu buku foto tersebut dan menceritakannya.
Won woo menceritakan satu demi satu kenangan didalam foto-foto tersebut mulai dari ibu, ayah, kakaknya dan ,,
Tanganku gemetar melihat foto yang tidak aku percaya. Orang yang berfoto bersama ayah Won woo dia, dia adalah ,,
“appa”
Bibirku gemetar melihat foto itu.
Won woo melihat foto tersebut dan segera memintanya dariku dan menutupnya. Aku tidak percaya bahwa orang tua kami adalah rekan bisnis dari ayah Won woo.
“wae didalam foto itu ada ayahku, wae?
Aku mulai tidak percaya dengan foto yang kutemukan. Sebuah foto yang melihatkan dua orang lelaki yang berjabat tangan seperti sadang menyetujui sesuatu dengan bekground sepanduk bertulis VICTORI COMPENY dan STAR COMPENY.
Won woo mulai menatapku dengan muka bersalah.
“mianhae chagi”
“kau adalah keluarga dari VICTORI COMPENY yang beralih kekuasaan menjadi STAR COMPENY bukan?”
Aku menahan tangis dan amarah yang teramat sangat.
“kakakmu bernama Jeon Jungkook orang yang telah dipenjara 2th lalu karena pembunuhan yang telah ia lakukan kepada keluargaku dengan motif  balas dendam karena keluargamu bangkrut karena kalah tender bukan?”
Aku semakin tidak percaya, orang yang selama ini aku cintai ternyata adalah anak dari keluarga yang telah menyebabkan aku dan kakakku tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orangtua kami sejak aku masih remaja.
“jeongmal mianhae chagi”
“kurasa kau tidak perlu menjelaskan tentang foto-foto ini lagi dan tidak perlu memanggilku dengan sebutan chagi lagi.”
Aku beranjak dengan air mata mulai menetes dari sisi mataku. Won woo menahan tanganku untuk mencegahku pergi dan aku membalasnya dengan tamparan yang mendarat tepat di sisi pipinya.
Aku menuju ke kamarku dengan air mata yang membasahi seluruh wajahku. Kakak terheran melihatku dan memanggilku seraya  mengikutiku dari belakang. Aku menutup dan mengunci kamarku.
“ya chagi gwenchana?”
Aku membanting semua barang yang ku lihat.
“chagi ada apa? Apa yang terjadi dengan mu? Buka pintunya chagi”
Kakakku menggedor pintu semakin keras.
Tak terdengar suara lagi dari pitu kamar dan aku mulai kehabisan barang pelampiasan. Aku terduduk di sudut kamar sambil terisak tak henti-hentinya.
Aku keluar kamar disaat pagi hari.
“chagi kau baik-baik saja?”
“aku baik-baik saja, tidak ada masalah”
Aku bergegas untuk berangkat kesekolah dengan diantar oleh kakakku. Sepanjang perjalanan kakakku sesekali menatapku nanar, mungkin ia menyadari bahwa aku menjadi murung sejak tadi malam.
Sesampainya disekolah aku berjalan dengan tatapan kosong. Sudut mataku teralihkan dengan keberadaan Won woo yang mulai mendekatiku dan akupun beranjak menjauh dari Won woo yang terus mengikutiku sampai di depan kelas.
Selama pelajaran berlangsung aku terus memandangi kearah jendela yang menuju langsung ke lapangan basket dengan tatapan kosong.

‘Apa, apa yang harus aku perbuat setelah mengerti fakta yang sangat menyakiti hatiku ini’ dalam hatiku berkecambuk segala pertanyaan yang membuatku selalu mengingat Won woo.

fanfic first: The first love is irreplaceable

CHAPTER 7
Aku mengawali sekolah setelah tour itu. Sepanjang pelajaran aku tidak melihat Won woo walaupun kami tidak sekelas biasanya Won woo selalu menantiku di depan kelas setelah bel berbunnyi, tetapi saat istirahatpun aku tidak melihat lelaki itu.
Sepulang sekolah aku teringat tempat yang suka didatangi oleh Won woo, aku mencoba menuju kesana dengan harapan aku dapat menemukan pujaan ku disana. Benar, Won woo benar-benar ada ditempat ini, dia menghadap ke jendela dan dengan tatapan kosong dan air mata yang membasahi pipinya.
“wae, apa yang terjadi?”
“aah chagi “
Won woo terkejut melihatku dan dengan cepat ia menghapus air matanya dan mengarah kepadaku.
Won woo lagi-lagi memeluku, tetapi ia terus terisak di dalam pelukanku. Aku mencoba menenangkan Won woo dan menempatkannya di sofa sembari aku memberinya sebotol air untuknya.
Won woo meletakkan botol itu tanpa meminumnya ia langsung memelukku dengan erat aku membalas pelukannya tetapi aku semakin heran kenapa ia menangis bahkan saat ku tannya ia tidak mau menjawabku. Ada apa sebenarnya dengan namjaku ini.
Keesokan harinya aku kembali bersekolah dan berharap untuk tidak lagi melihat raut wajah Won woo yang seperti itu lagi.
Sesampainya di kelas aku menyempatkan diriku untuk menuju kelasnya dan menemuinya, tetapi aku sama sekali tidak menemukannya, aku bertannya pada Min Gyu dan ternyata ia sedang sakit dan tidak bisa sekolah hari ini.
Aku langsung menuju keluar dan pergi dari sekolah karena kekwatiranku pada Won woo.
“ya, kau baik-baik saja?”
Aku masuk kekamar Won woo dengan perasaan yang panic dan melihatnya sedang berbaring di atas ranjangnya dan terlihat baik-baik saja tetapi ia terlihat begitu frustasi dan menderita.
“apa yang terjadi? Kenapa kau seperti ini?”
Aku mendekatinya dan duduk di sampingnya. Won woo terbangun dan duduk persis dihadapanku dan lagi-lagi ia memelukku sambil menangis tanpa menjawab pertanyaanku. Aku melepas pelukannyanya dan memegangi wajahnya dengan kedua tangan ku dan mencoba menepiskan air matanya dengan jari tangan ku.
“ada apa? Ceritakanlah padaku”
“kenapa kau tidak masuk sekolah dan malah datang kesini?”
“kau ini aku datang karena mencemaskan mu tetapi kau malah menannyakan hal yang tidak penting, aku menghawatirkanmu”
“gomawo, aku senang kau berada disini untukku”
Won woo melepaskan tanganku dari wajahnya dan memegang tanganku erat-erat serta mencium dahiku dengan lembut.
“saranghae, dan terimakasih telah datang kemari, kau kemari pasti karena kau merindukanku bukan? Kau mencintaiku.”
“aish kau dini benar-benar, ahh baiklah, ya benar aku merindukanmu, benar aku mencintaimu bahkan terlalu mencintaimu puas.”
Won woo terseyum lebar menggodaku dan kurasa wajahku telah memerah karnanya.
Won woo mencium dan melumat bibirku dan akupun membalas lumatanya itu. Won woo mwndorong perlahan tubuhku tanpa ku sadari aku telah terpojok antara sandaran tempat tidur dan tubuhnya.
Dia semakin erat memelukku dan akupun semakin erat memegangi tangan kekarnya itu dan akhirnya ia mengakhirinya dan memelukku dengan lembut.
“saranghae chagi.”
“nado seranghae chagi”
Won woo tersenyum dan memandangiku untuk beberapa saat sebelum ia beranjak dari kamar. Ia kembali membawakan segelas minuman untuku, aku meminumnya dan meletakkannya di atas meja.
Won woo menarikku dan menggandengku keluar menuju taman di halaman belakang rumahnya. Aku duduk di bawah satu pohon yang rindang sedangkan Won woo meletakkan kepalanya di pangkuanku dan memejamkan matanya.
Wajah Won woo terlihat seperti orang yang sangat tenang dan sejuk, aku membelai rambutnya dengan lembut dan kudekatkan wajahku dan mengecup bibirnya dengan lembut, sekilas aku menjauhkan kembali wajahku. Won woo menarik tanganku sambil tetap memejamkan matanya.
“kenapa kau menjauhkannya chagi”
“aniyo, tidak ada apa-apa hanyan ingin mengecupnya sekilas saja”
“mengapa hanya sekilas?”
“mengmangnya kenapa?”
“aku menginginkannya lagi dan baru pertama kali kau memulainya terlebih dahulu”
“aish anak ini”
Aku langsung memalingkan wajahku dan melepaskan tangannya yang menahan tanganku dan menariknya sampai aku tertunduk dengan wajah yang sangat dekat dengan wajahnya.
“berikan lagi”
“apa maksudmu berikan lagi?”
“berikan sesuatu seperti tadi lagi”
“shireo”
Tetapi tatapanku dan tatapannya terlalu kuat. Kami termenung sejenak dan hanya deruan nafasnya di wajahku yang kurasakan serta debaran jantung yang memuncak.
Won woo menutup matanya dan akupun melakukan apa yang Won woo pinta. Bibirkami bersentuhan dan kulumat bibirnya, Won woopun membalas lumatanku.
Entah sejak kapan aku merasa yang ku lakukan ini mulai menjadi sesuatu hal yang memanas. Kami terus melakukan itu dan mungkin tak ingin terpisah.
Tangan Won woo memegang erat tangan kananku yang sedang memegangi wajahnya untuk mencegah hal ini berakhir. Tangan kiriku mengacak-acak rambut Won woo perlahann dan entah kapan hal ini akan berakhir karena semakin lama semakin aku rasakan hasrat yang mulai meningkat.

Akhirnya aku menghentikannya dan mulai menjauhkan wajahku. Seyum merekah di bibir Won woo ia mengusap bibirku dengan ibu jarinya dengan lembut.

Sabtu, 26 Maret 2016

fanfic first: The first love is irreplaceable

CHAPTER 6
(07:35 PARIS)
Aku berpisah dengan kakakku yang telah mengantar kepergianku kemarin pagi dan aku juga melihat Won woo yang juga mengantarku. Aku sudah bertannya kepada Won woo saat itu
“apa kau tidah bisa ikut?”
“aniyo chagi, aku tetap disini lagi pula ini adalah acara untuk kelas 11 jadi aku tidak akn ikut”
Jawaban Won woo tidaklah sesuai harapanku.
Sesampainya di hotel kami disambut dengan para kariawan dan juga menejer hotel kami yang ramah. Semua teman-teman ku terkesan akan STAR HOTEL yang mewah, elegan, dengan pegawai yang sangat ramah. Memang STAR HOTEL berdiri di atas lahan seluas 4 hektar dan mempunyai fasilitas area bermain golf, taman luas, resto, kolam renang, bahkan pemandian air panas.
Selama kami berada diparis kita melakukan tour di seluruh area pariwisata di paris yang sangat terkenal, kami bersenang-sanang selama diparis tetapi hati terasa kosong dan rindu.
Ini sudah hari ketiga dan aku hanya berkomunikasi melalui ponsel dengan Won woo tetapi entah seharian ini kami tidak berkomunikasi.
Agenda hari ini kami pergi ke pusat sejarah di paris tetapi rasanya aku tidak terlalu tertarik sehingga aku hanya mengikuti langkah kaki tanpa tahu acuan dan tujuannya.
(08:45 PARIS)
Aku menatap datar layar ponsel yang kosong tanpa ada pesan dan panggilan dari Won woo sebelum tiba-tiba ponsel ku berdering tanda adanya pesan masuk. Aku membuka pesan itu dan di dalam pesan tersebut tertulis
Kau dimana MY ANGEL aku datang
Serontak aku tersenyum bahagia, dia, dia datang menemuiku sampai ke paris, rasanya seperti mimpi aku akan bertemu dengannya. Aku ketikkan pesan balasan yang member tahunya bahwa aku berada di kamar 304 lantai 8.
Terdengar suara ketukan, aku segera membuka pintu kamar dan melihat sesosok lelaki yang sedang aku tunggu kedatangannya.
Won woo datang dengan membawa seikat bunga dan juga wine di tangannya. Aku sangat senang dan terkejut, dengan senyum dan wajah ceria aku mennyambut Won woo disertai pelukan hangat. Won woo masuk kedalam kamar dan menutup pintu kamar. Won woo meletakkan bunga dan wine dimeja seraya langsung memelukku dengan erat.
“chagi aku sangat merindukanmu, sangat”
“aku juga oppa”
Won woo mengendurkan pelukannya dan memegang wajahku dengan lembut. Won woo mendekatkan wajahnya dan mengecup bibirku, setelah itu dia tersenyum dan mengambil gelas serta menuangkan wine. Kami meneguk wine sampai tandas isi gelas. Kami berbaring di tempat tidur sambil berpelukan dan Won woopun membelai dan memainkan rambutku.
“saranghaeyo chagi”
“nado saranghae oppa”
Won woo mencium bibirku dengan lembut sembari melumat bibirku dan itu membuat kami terasa semakin terhanyut dalam suasana.
Didalam posisi dimana Won woo berada tepat diatas tubuhku ia terus melumat bibirku sembari tangan kirinya membelai rambutku dan tangan kanannya mulai membuka kancing bajuku dan dengan cepat aku menyadarinya dan akupun menahan tangan kanan Won woo yang telah membuka tiga kancing bajuku, serontak aku menghentikannya untuk melumat bibirku.
Aku segera menghindar dan beranjak dari tempat tidur sebelum aku beranjak pergi tanganku tertahan oleh genggaman Won woo yang dengan cepat menarikku kembali.
Aku berada tepat di atas tubuh Won woo dan aku menatapnya sekilas, saat aku ingin beranjak untuk kedua kalinya Won woo dengan cepat membalikkan posisi kami menjadi Won woo yang berada diatas ku.
Aku menatap Won woo dengan datar walau Won woo mencoba untuk mendekatkan wajahnya ke wajahku tetapi aku menahannya dan berusaha untuk menghindar. Won woo menahan pergerakanku.
“ mianhae chagi, seharusnya aku tidak melakukan ini”
Won woo kembali memegang kancing bajuku dan serontak aku mencegahnya.
“aniyo oppa”
Aku berteriak di depan mukanya yang langsung menahan bibirku dengan jari telunjuknya. Aku terdiam dan ternyata Won woo hanya membenahi kancing bajuku yang tadi terbuka karenanya.
Won woo memegang tangan kananku dan memelukku dan kami melalui malam dengan saling berpegangan satu sama lain seraya enggan untuk dipisahkan.
{Aku memang sangat mencintaimu tetapi bukan berarti aku akan menyerahkan hal paling berharga dalam diriku karena aku ingin menjaganya sampai kau benar-benar menjadi milikku} batinku sambil tersenyum melihat Won woo tertidur disampingku dengan muka tersenyum.
“anyeong chagi, mari makan bersama aku telah memasak untuk mu”
Kamsahamnida chagi”
Won woo beranjak menuju meja makan, kami makan bersama sembari menyuapi satu sama lain.
“Chal meogeossoyo”
Setelah makan aku dan Won woo meminta izin pada kepala panitua untuk pergi tanpa mengikuti acara yang akan diadakan hari ini.
Kami pergi kesebuah mall terbesar di paris, kabi berbelanja, bermain dan bersenang-senang.
Hari menjelang sore, aku mengajak Won woo ke menara aifel dan kami menghabiskan waktu kami hingga matahari tenggelam sepenuhnya dan peneranganpun menyala menghiasi sekeliling taman dan juga menara.
“chagi, aku sangat merindukanu, sangat”
Won woo memelukku dari belakang dan meletekkan kepalanya dibahu kananku, dia memejamkan matanya dan menenggelamkan kepalanya diantara bahu dan leherku.
Senyuman merekah di bibirku, aku membalas pelukan Won woo dengan memegang tangannya yang melingkar di perutku yang datar.
Selama satu minggu sudah kami berada di paris dan akhirnya kami akan pulang ke korea, tetapi aku dan Won woo tidak ikut serta kedalam keberangkatan rombongan untuk kembali.
Won woo mengajak ku untuk kembali bersama menggunakan jet pribadi yang telah ia siapkan. Didalam perjalanan Won woo terus memelukku erat seperti tak mau kehilanganku tetapi aku merasa sepertinya ada hal yang ia sembunyikan.
“Mianhaeyo chagi, saranghae”
“ada apa denganmu? Apa ada masalah?”
“aniyo”

Sesampainya di rumah Won woo langsung berpamitan dan dengan senyuman kecil di sudut bibirnya ia berlalu walau ia terlihat seperti bukan Won woo yang ku kenal. Won woo menjadi pemurung jarang aku lihat senyum lepas yang biasa menghiasi wajahnya tampannya itu dan itu membuatku merasa aneh sejak kami berada di paris waktu itu.

fanfic first: The first love is irreplaceable

CHAPTER 5
Pagi telah datang dan aku bergegas untuk berangkat ke sekolah.
“pagi my Angel apa kau sudah siap ke sekolah pagi ini?”
“hmmm ayo nanti kita terlambat ke sekolah”
“baiklah”
Dengan mobil ferary berwarna biru metalik ia menjemputku dan kamipun milau beranjak dari rumahku, dipertengahan perjalanan aku merasa heran dan bingung karena seharusnya murid tidak diperbolehkan untuk menaiki kendaraan pribadi tetapi Won woo menjemput dan menyupir sendiri mobilnya walaupun memang mobilnya berkapasitas 2 orang tetapi paling tidak ia bisa mengenakan mobil lain sehingga kami tetap memakai sopir agar tidak mendapat teguran sekolah.
“kau ini kenapa memakai mobil sendiri bukannya tidak diperbolehkan jika seorang murid menggunakan kendaraan pribadinya?”
“karena aku adalah pemilik sah sekolah maka tidak ada yang akan mencegahku o’iya bukannya bagus jika hanya ada kau dan aku di mobil ini jadi terasa romantic bukan?”
“kau ini, terserahlah apa yang ingin kau lakukan”
Kami sampai di sekolah dan kamipu memarkirkan mobil dan aku turun dari mobil sewaktu Won woo membukakan pintu untukku dan serontak seisi sekolah memperhatikan serta membicarakan kami berdua.
“abaikan saja mereka maka kau tidak akan terganggu dan selama aku disisihmu aku akan berusaha membuatmu nyaman”
Won woo berkata sembari menarik pinggulku agar tubuhku mendekat kepadanya dan diapun merangkulku untuk membantuku berjalan karena kakiku masih terasa sedikit nyeri.
Kami berpisah setelah di depan kelas aku sengaja melarang won woo untuk mengantarku ke dalam kelas karena pasti aku akan menjadi pusat perhatian dan itulah hal yang akan menyusahkanku nanti.
Bel istirahat berbunyi dan anak-anak pun keluar dari kelas dan hanya beberapa saja yang berada di dalam kelas.
“bisakah kau mengikutiku karena ada hal yang ingin aku bicarakan padamu”
Aku mengikutinya gadis sebaya ku yang sangat tergila-gila terhadap Won woo, bukan tanpa alas an ia menyukai Won woo tetapi karena ia adalah pria yang paling tampan diantara semua murid laki-laki dan juga pemilik sah sekolah jadi siapa yang menjadi kekasihnya pastinya mempunyai kekuasaan separti dirinya. Dan ia bernama Park Bom.
Bruk aku tertabrak seorang laki-laki yang sepertinya adalah teman Won woo.
“ahh mianhae aku tidak sengaja”
“gwenchana”
Sambil terseyum aku melanjutkan langkahku mengikuti Park Bom jang berjalan menuju belakang sekolah. Sesampainya di belakang sekolah ia memanggil teman-temannya dan menamparku serta mendorongku sampai terjatuh.
“apa yang kau lakukan”
“hah, kau bertanya apa yang aku lakukan seharusnya aku yang bertanya pada mu apa hubungan mu dengan Jeon Won woo”
Aku berdiri dan Bom pun tak membiarkanku setelah aku berdiri dia menamparku untu kedua kalinya dan temannya pun melempariku dengan telur dan juga tepung serta ada yang membawa air dan menumpahkannya padaku, mereka melakukan itu berulang-ulang dan aku masih tetap pada posisiku dan menerima apapun yang mereka lemparkan pada ku.
Kim Min Gyu teman Won woo yang tadi menabrakku keheranan karena ia tadi melihatku bersama Park Bom.
“kau ini kenapa? Seperti ada yang kau bingungkan?”
“ahh tidak aku hanya bingung dengan gadis yang bersamamu belakangan ini”
“apa maksudmu ada apa dengan Lin Ta?”
Won woo terkejut karena Min Gyu menyebut nama ku.
“tidak aku hanya bingung apa yang ia perbuat sampai berurusan dengan Park Bom?”
Won woo terkejut dan mengkhawatirkanku karena sudah bukan rahasia lagi jika Park Bom adalah wanita yang selalu membuat onar dan banyak anak yang keluar dari sekolah karna ulahnya.
            “kemana mereka?”
            “mereka tadi menuju ke belakang sekolah”
            Won woo langsung berlari menuju ke belakang sekolah dan berharap aku baik-baik saja.
Won woo melihatku sedang mereka guyur dengan tepung, telur dan juga air sambil menghina ku dan pada saat ember air ke-3 atau ember terakhir akan mereka guyurkan Won woo dengan cepat memeluk ku dengan erat.
Won woo menerima guyuran air sambil memeluku erat, serontak membuat Park Bom dan teman-temannya menjadi terkejut.
Sehabisnya air yang mengguyur kami Won woo berbicara dan serontak berbalik.
“aish kalian ini apa yang kalian lakukan pada yeojachingu ku hah”
“apa, wanita ini adalah yeojachingu mu jangan bercanda bahkan dia tidaklah lebih cantik dariku”
“kau”
Tangan Won woo hampir menampar wajah Park Bom.
“hentikan, jebal”
Pintaku, dan sekilas Park bom dan teman-temannya beranjak pergi meninggalkan kami. Won woo berbalik menatapku dan memegang wajahku yang merunduk penuh dengan telur dan tepung yang basah.
“wae”
“aku tidak ingin melawan wanita tetapi apa yang ingin kau lakukan tadi”
“kau ini bisa mengalahkan 5 orang sekaligus tetapi mengapa kau tidak melawan mereka bahkan saat aku ingin menamparnya karna ia telah membuatmu begini kau malah mencegahku, wae?”
“aku tau tetapi ia mencintaimu dan aku tidak akan menghukum orang karna ia mencintai seseorang”
“tetapi hanya dirimu yang aku cintai”
“karena hal itulah aku melarangmu menamparnya karna aku tidak ingin melihat orang menampar orang yang cintanya bertepujk sebelah tangan dan aku tidak ingin kau melukai seorang wanita, berjanjilah pada ku”
“baiklah tetapi katakana mengapa aku harus berjanji”
Won woo menatapku dalam dengan penuh kasih sayang ibu jarinya mulai menghilangkan kotoran di area wajahku.
“karena aku mencintaimu setidaknya jangan pernah sakiti wanita karna aku juga adalah wanita dan paling tidak berjanjilah jika kau juga mencintaiku”
Won woopun memeluk ku dengan erat dan berjanji padaku.
Karna kejadian tadi kami harus mengganti baju kami dan membersihkan badan kami, karna kejadian tadi pula kaki ku mengeluarkan darah kembali. Selesai ganti Won woo membantuku menuju mobil dan mengantarku pulang setelah aku meminta izin pada sekolah.
Di perjalanan Won woo membelai rambutku dan menyadari aku terlihat pucat dan mengalami demam.
“chagi gwenchana?”
“hmmm “
“tetapi badan mu terasa panas dan mukamu pucat”
“gwenchana aku hanya kelelahan”
Akupun tertidur sepanjang perjalanan sampai akhirnya kami sampai di rumah. Saat aku mencoba melangkah aku tak sanggup lagi dan hamper terjatuh dan untungnya Won woo menangkapku”
“ya gwencana”
Aku hanya mengangguk dan Won woo menggendongku sampai di kamar dan membaringkan ku. Ia aku suruh menelfon Dokter Joshua, ia adalah dokter keluarga ku. Tidak lama doctor Joshua datang dan memeriksa ku dan juga memperban kaki ku.
“apa yang terjadi padanya dok?”
“gwencana dia hanya kelelahan dan demam biasa, oya aku ingin kau menebus obat ini di apotek”
Dokter menyodorkan resep pada Won woo dan berpamitan. Won woo membelai rambutku dan mengecup dahi ku sebelum ia pergi untuk menebus obat.
“chagi bangun makan dan minumlah obat dulu”
Aku membuka mata ku perlahan dan Won woo membantuku untuk duduk dan bersandar. Won woo menyuapiku dengan penuh kasih sayang  dan membantuku untuk minum obat.
Selesi minum obat dia membantu ku untuk tidur kembali dan membereskan mangkuk tempat sup yng ia masak untuk ku. Aku berbaring dan menutp mataku untuk berusaha tertidur.
Won woo mebelai rambutku dan mengira aku tertidur sebelum ia menerima sebuah pesan dan akan beranjak pergi. Aku meraih tangannya dan mencegah ia untuk pergi.
“ku mohon jangan tinggalkan aku”
Sambil mata ku masih tertutup dan Won woopun menoleh dan kembali duduk di ranjang sambil tersenyum manis serta mengecup dahi ku dengan halus.
“tidak, dan tidak akan pernah sekalipun aku meninggalkan Angel ku”
“lalu ingin pergi kemana kau ?”
“aku hanya ingin pergi sebentar aku lupa bahwa hari ini ada rapat sekolah dan aku harus mendampingi ibuku sebagai pemilik sekolah tetapi jika kau ingin aku ada disini, aku tidak akan pergi”
“tidak pergilah dan cepat kembali”
“baiklah apapun yang kau minta”
Won woo memeluk ku dan beranjak pergi. Di saat Won woo pergi aku berfikir, kami belum lama berkenalan dan kami langsung berpacaran apa tidak terlalu mendadak tetapi setelah dipikir-pikir kami mempunyai banyak kesamaan dan memiliki ketertarikan satu sama lain .
(07:00) Won woo pulang dan langsung menuju ke kamarku dan ia juga membawa bunga beserta boneka panda besar yang jika dibandingkan dengan tubuhnya masih lebih besar boneka itu.
“taaaraa aku membawakan teman untukmu”
“wow kau ini”
Won woo terseyum dan meletakkan bunga di meja samping tempat tidur ku juga boneka itu ia letakkan di atas bangku. Dia langsung menuju ku dan memeriksa suhu badan ku dengan menempelkan punggung tangannya di keningku.
“demam mu sudah turun, dan sekarang waktunya minum obat”
“aniyo, shireo”
“kau ini minumlah obatnya paling tidak sampai demam mu sembuh”
“shireo”
“baiklah kalau begitu aku akan mebuatmu meminum obat ini dengan cara ku”
“apa maksud mu?”
Aku menarik selimut sampai menutupi muka ku, dan Won woo pun menarik selimutnya walau aku masih berpegangan dengan selimut itu.
“buka melut mu”
Apmmmmm apa ini, Won woo apa ini caranya membuatku meminum obat. Won woo memasukkan obat itu dari mulutnya atau lebih tepatnya dari mulut ke mulut.
“ya apa yang kau lakukan?”
“membuat mu minum obat itu”
“apakah harus dengan cara itu?”
“ya karena dengan cara ini kau bisa menelan obat itu bukan”
“ya”
Aku terkejut dan dengan teriakan aku membentaknya. Won woo malah tertawa dan aku rasa ia sedang menggodaku lagi. Kenapa, kenapa aku tidak pernah mengetahui dan tidak bisa menebak apa yang akan ia lakukan.
“apa kau ingin minum obat lagi”
“aniyo”
Aku memalingkan wajahku deri Won woo dan iapun pergi mungkin ke dapur.
Aku beranjak dari tempat tidur ku saat Won woo pergi, aku menatap bintang-bintang dan merasa angin di teras kamar yang bertambah dingin aku terseyum nanar karena teringat masa lalu ku bersama orangtua ku, kami sering memandang langit bersama di luar rumah sambil menikmati hidangan hangat yang disediakan ibu bahkan aku dan kakak berlomba untuk menghitung bintang-bintang dilangit.
Tak terasa air mata mulai menetes dan membasahi pipiku.
“kau ini kenapa berada di luar, cuaca sedang tidak bersahabat”
Won woo datang dan menyelimuti badan kami dengan satu selimut sambil memeluk ku dan akhirnya ia sadar bahwa aku sedang mengis.
“wae, apa karna perilaku ku tadi jika benar maafkanlah aku”
Sambil menatapku ia keheranan karna aku menangis dan ia pikir aku menangis karena perilakunya tadi.
“aniyo aku hanya…. Sangat merindukan orangtuaku”
“kau ini berhentilah menangis karena masa lalu tidaklah bisa kau putar dan kembalikan kembali, dan jika kau merindukan mereka kau bisa menangis dan melampiaskan semuanya kepadaku”
Aku serontak memeluk Won woo dan menangis di pelukan nya. Won woo memeluk dan mengusap-usap kepala ku dengan lembut mencoba untuk menenangkan ku, selama ini aku selalu menangis jika aku mengingat orangtua ku. Aku berhenti menangis dan mencoba melepas pelukan Won woo.
“pulanglah sudah terlalu lama kau berada di sini”
“wae, kau tidak suka aku berada disini?”
“bukan, bukan seperti itu tetapi kau perlu beristirahat dan bersekolah besok”
“baiklah jaga kondisimu dan besok jangan bersekolah dulu, biarkan demammu benar-benar sembuh, arasseo”
“hmmm arasseo”
Won woo berpamitan dan beranjak pergi. Ku rebahkan badanku sambil terus memikirkan pemuda yang telah membuatku selalu gelisah dan hampa tanpanya.
 (10:45)
“Hari ini kukira keadaanku sudah lebih baik dari yang semalam”
Saat aku masih berbaring di tempat tidur ku, aku mendapati kakak ku sudah berada di kamar ku.
“kenapa kau tidak berangkat ke sekolah?”
Kakak ku mendekati ku dan membelai rambutku dan merasakan bahwa badan ku terasa hangat.
“chagi apa yang terjadi? Apa kau demam?”
“hmmmm”
“apa kau ingin aku panggilkan dokter?”
“aniyo, aku baik-baik saja dan semalam aku sudah memanggil dokter”
“baiklah kalau begitu beristirahatlah aku tak akan mengganggumu”
Aku tersenyum dan kakakku beranjak dari kamar ku. Aku melihat ke layar pnsel ku dan tidak ada sama sekali pesan dari Won woo dan kurasa aku mulai merindukannya bahkan sangat merindukannya.
(02:30)
“chagi ada tamu sepesial untuk mu”
“siapa?”
“namjachingu mu”
“mwo, siapa? Dan kenapa kakak sebut ia sebagai namjachingu ku?”
“karna dia yang bilang”
Aku terkejut setelah Won woo muncul dari samping kakak ku. Dia datang, kembali, kembali dihadapan ku. Akankah aku senang karena dialah orang yang dari tadi aku tunggu.
“chagi, kau sudah sembuh”
Seyum merekah di bibir Won woo. Aku terseyum manis dan kakak ku pun terseyum melihat kami dan mulai meninggalkan kami berdua.
Won woo mengatakan bahwa dia menceritakan tentang hubungan kami dan mengngobrol bersama kakak ku tadi di bawah.
Dia mendekati ku yang terduduk di tempat tidur dan menatapku. Setelah kami mengobrol dan bercanda akhirnya Won woo berpamitan untuk pulang, walau hati kami rasanya tidak rela untuk dipisahkan.
Kedatangan Won woo kerumah saat itu hanya untuk memberi undangan pertemuan wali kelas, dan keesokan harinya kakakku datang ke dalam pertemuan tersebut. Pertemuan tersebut membahas tentang rencana tahunan sekolah yaitu tour / liburan tepatnya dan kali ini tour diadakan di paris dimana pusat fasion berkembang pesat.
Tour akan diadakan satu minggu lagi dan wali kelas dikumpulkan apabila akan ada pendonor atau pembantu dalam terlaksananya acara ini seperti menyediakan tempat, transportasi, makan dan lain-lain.
Dalam hal pendonoran kakakku menyanggupi penyedian tempat menginap serta transportasi dikarenakan kami memang mempunnyai cabang dari STAR HOTEL di paris dan juga memiliki akses didalam kapal pesiar mewah yaitu CARNAVAL.

Sebenarnya ada rasa mengganjal dihatiku karena tidak dipungkiri lagi aku tidak akan bertemu dengan Won woo selama satu minggu.

fanfic first: The first love is irreplaceable

CHAPTER 4
Sebuah gang tiga blok dari apartementku, aku melihat sekumpulan pemuda dan kurasa mereka akan melakukan hal yang tidak kuinginkan. Aku melepas tasku dan kupikir akan melawan mereka ber5.
Mereka jatuh dan kurasa mereka tidak akan terima dikalahkan oleh seorang gadis, benar saja mereka mengambil kayu dan akan memukulkannya padaku, tiba-tiba seorang pria memelukku untuk menghalau mereka memukulku dengan taruhan punggungnya akan menerima pukulan itu.
Bertubi-tubi para pemuda itu memukul orang yang memelukku itu dan tanpa kusadari orang yang memelukku adalah won woo.
“apa yang kau lakukan kau terluka, cepat menyingkir dariku”
“aku akan menyingkir dan melawan mereka jika kau tidak marah lagi padaku dan memaafkan aku”
Jawab won woo yang tetap memelukku
“kau ini cepat, cepat menyingkir”
Aku mulai kawatir pada keadaan won woo yang sisi punggungnya mulai mengeluarkan darah entah aku menjadi sangat bersalah padanya “baiklah aku memaafkanmu dan cepatlah menyingkir dariku”
Aku mendorongnya untuk menjauh dariku ia terseyum di sampingku tetapi para pemuda tadi membalas dan tanpa ku sadari mereka hamper mengenai kepalaku jika won woo tidak menghalaunya dengan langannya.
Won woo melihatku menangis dan diapun segera menghajar para pemuda tadi hingga mereka kabur. Aku menangis melihatnya penuh luka karnaku.
“pabo-pabo”
Aku tidak tahu mengapa ia melakukan itu.
            Aku membawa won woo ke rumahku ia terkejut.
“kau ini sangatlah kaya tetapi kenapa kau menggunakan bus untuk kesekolah kenapa tidak menggunakan sopir untuk mengantarmu kau bisa pamer mobilmu ke setiap anak atau kau mengunakan baju bermerek ke sekolah?”
“kau juga kenapa menggunakan bus dan mengapa kau tidak memakai pakaian yang bermerek kesekolah kau pemilik sekolah bahkan rumahmu juga mewah”
 tanyaku pada won woo sembari aku mengambil obat untuk mengobatinya.
“karena aku tidak suka mencolok dan juga barang mewah tidaklah terlalu penting untukku sedangkan aku hanya mengenakan hal-hal yang nyaman dan kusuka tidak perduli itu bermerek atau bukan”
Jawab won woo dengan percaya diri
“kalau begitu itu juga jawabanku”
“ah jinja ternyata kita mempunyai banyak kesamaan dalam hal hobi dan kesukaan wah kita jodoh”
Aku langsung menatapnya membuatnya berhenti berbicara.
“Ah bisakah kau pelan sedikit itu sangat menyakitkan”
Aku tidak pernah menjawabnya lagi kupikir tidak penting menjawabnya.
            Aku menghantar won woo untuk menuju kamar tamu.
“beristirahatlah sementara disini”
“baiklah”
Aku mengantarkan makanan dan menyuapinya karena tangan kanannya terluka dan kukira aku semakin suka padanya.
“apakah aku boleh menanyakan sesuatu padamu, apa kau sendirian dirumah ini karena aku lihat dari tadi hanya pelayanmu saja yang terlihat apakah kau punya saudara dan dimana kedua orang tuamu?”
“kakakku sedang berada dijeju island untuk alas an pekerjaan dan orang tuaku….”
Aku merasa teringat pada orang tuaku dan tidak kusangka aku meneteskan air mataku akupun segera menghapusnya dan terseyum
“orang tuaku telah pergi kesurga”
Jawabanku sambil kembali menangis dan akupun segera meninggalkan won woo aku tidak ingin ia melihatku menangis lagi ke2 kalinya.
“ahh bagaimana ini aki telah membuatnya menangis”
Aku selalu sedih setiap mengingat orang tuaku dan aku tidak bisa erasa tenang jika mengingat pembunuhan 3th lalu. Aku mendengar suara orang melangkah menuju kearahku
“kenapa kau berada disini?”
Tanyaku pada orang itu sambil mengusap air mataku yang membasahi pipiku.
Won woo memelukku dari belakang tepat dimana aku berdiri disamping ranjang
“maafkan aku aku tidak sengaja menanyakan hal itu dan jika kau ingin cerita atau menangis datanglah padaku aku akan mendengarkanmu”
Perkataannya itu membuat aku meneteskan airmataku kembali. Won woo membalikkan badanku dan mengusap lembut pipiku yang basah
“tenanglah dan jangan menangis aku akan semakin mencintaimu jika kau menangis karena disaat menangis kau terlihat sangat lucu dan manis”
Akupun terseyum kecil mendengar kata-katanya itu. Won woo mendekatkan wajahnya ke wajahku dan entah apa yang terjadi seakan waktu terkunci dan dunia menjadi sepi disaat bibir kami bertaut. Hanya suara detak jantung yang terdengar dengan jelas dan perasaan tenang yang menyelimuti kami berdu.
Sekarang  Won woo membuatku bereda di atas ranjang sembari bibir kami masih tidak terpisahkan ia memelukku semakin erat akupun tidak bisa berkata dan tanganku semakin erat berpegangan pada pinggangnya sebelum bibir kami semakin menjauh.
Won woo menatap dan mengusap wajahku iapun langsung memelukku dan entah kenapa aku menjadi sangat nyaman berada di dalam dekapan won woo apakah aku benar-benar mencintainya.
“I LOVE YOU MY ANGLE”
Bisikan won woo terdengar di telingaku dan membuat ku semakin gila akan semua kalimat yang telah ia ucapkan kepadaku
“I LOVE YOU TOO”
Jawaban yang entah mengapa aku ucapkan. Dan selama semalaman aku tidur didalam kehangatan dekapan won woo yang menenengkanku semalam, semalaman dia menjagaku disampingku dan menyayikan sebuah lagu yang sangat menyentuhku berjudul MY LOVE

neoui ireumboda oneureun
ireoke neol bureulge
My love my love my love
yojeum na isanghada
ireon ge an eosaekhada
neon jeomjeom nal bakkugo isseo

neol manjiryeoda geuman
nae soneul sumgyeosseo sojunghanikka
aekkujeun piano manjidaga
tteoollatdeon mellodi

eottae nae moksori
ttwineun gaseumsori neoege daheumyeon
nae mam jom arajura
neoege michyeoganeun nal
heongkeureojin meori kkeuteomneun jansori
geu modeun geotdeuldo saranghal su isseo
neon geuraedo gyeolguk yeppeul geonikka


My love, my love
I’ve given all my soul

itjanha uri geuttae an mannasseotdamyeon
naui modeun geon
mongnonghan yeongi sok
koekoehaejin geonbaeppunin bameuro

eottae nae moksori
ttwineun gaseumsori neoege daheumyeon
nae mam jom arajura
neoege michyeoganeun nal
heongkeureojin meori kkeuteomneun jansori
geu modeun geotdeuldo saranghal su isseo
neon geuraedo gyeolguk yeppeul geonikka

My love, my love
You're my last love, last love
You're the sweetest girl
I've ever met
My love, my love
I've given all my soul
I've given all my soul
All my soul

Pagi telah tiba aku menyiapkan makanan diatas meja makan dan tidak lama kemudian won woo datang.
“selamat pagi my angle kau bangun pagi sekali, oh… daebak kau yang memasak semua ini wah kau ini, o’iya aku bertanya-tanya kau bangun sepagi itu dan menyiapkan semua ini apakah kau setiap hari seperti ini atau karna aku berada disini dan kau ini sudah mandikah?”
“aish kau ini, ini memang rutinitasku setiap pagi dan aku juga sudah mandi kau saja yang terlalu lama tidur dan terlalu lama dikamar mandi dan apa yang kau kenakan itu dirumahku tidak ada baju seperti itu bahkan kakakku juga tidak punya yang seperti itu kemarin kau datang bukan mengenakan baju itu bukan?”
Tanyaku keheranan dengan bajunya dengan setelan celana panjang dan hem panjang berwarna kebiruan yang ia lipat pada bagian tangan sampai siku.
“ya aku lupa bahwa aku membawa baju di tasku o’iya terimakasih untuk baju kakakmu yang kau pinjamkan kemarin”
“baiklah tidak masalah”
“wah kau pasti bertanya ternyata aku sangatlah tampan apa aku memanglah seorang kekasih dari laki-laki yang ada dihadapanku ini?”
Won woo menggodaku dengan kata-katanya yang tak bisa kupungkiri lagi bahwa aku benar-benar terpikat padanya
“kau ini tidak ada pikiran seperti itu dalam pikiranku bahkan memikirkanmu saja tidak”
Kenapa, kenapa sekarang aku bahkan membohongi diriku sendiri. Aku membalikan badan dan beranjak menuju dapur sebelum tiba-tiba won woo memelukku dari belakang dan.
“kalau kau sekarang tidak memikirkan itu maka pikirkan hal yang akan kuucapkan setelah ini, kau tidak memikirkanku tetapi aku selalu memikirkanmu, kau tidak merindukanku tetapi aku selalu merindukanmu, kau tidak menginginkanku tetapi aku selalu memikirkanku bahkan aku menjadi gila karna terus memikirkanmu, disaat pertama bertemu aku mulai tertarik padamu dan kini aku semakin tertarik padamu bahkan terlalu mencintaimu dan aku berharap kita dapat bersama”
Sambil membalikan badanku ia menatap dalam kedalam mataku.
“dan aku tahu kau juga mempunyai perasaan yang sama denganku”
Apa, apa ini dia apa mungkin dia bisa mengetahui perasaan ku hanya dengan menatapku.
Pagi ini kami makan bersama dan dia berada disebelahku dan kini tangannya sudah lebih baik sehingga dia makan dengan tangannya sendiri.  
Kami selesai makan dan akupun meneguk susu yang mengisi gelasku setengah penuh.
“chagi-ya ada susu di bibirmu”
Aku segera mengambil tisu dan mencoba membersihkan susu yang ada di bibirku. Tangan Won woo menahan tangan ku dan Cupp bibirnya menyentuh bibirku.
“sudah bersih”
Aku membulatkan mataku setelah apa yang dilakukan Won woo.
“ya apa yang kau lakukan?”
Won woo tersenyum tanpa wajah bersalah sedikitpun.
Aku segera membereskan meja makan dan sejak aku membersihkan meja makan won woo selalu menatapku dan entah kenapa hatiku rasanya sangat gugup,.
Ppraaangg~~~
Satu piring jatuh, Won woo segera menghampiriku dan membereskan piring itu. Aku tidak mengijinkannya dan akhirnya kami membereskan piring pecah itu bersama dan tidak disengaja kakiku menginjak pecahan piring sehingga kakiku berdarah dan won woo pun segera melihatnya dan membantuku berdiri tetapi kakiku terlalu sakit merasakannya dan akhirnya Won woopun memnggendongku menuju kursi tamu lalu ia memerintahkan pelayan untuk membersihkan pecahan piring tadi.
“gwencana”
“hmm tetapi agak sakit sedikit”
Won woo membersihkan lukaku dan memberinya perban berhubung kaki yang terkena pecahan adalah telapak kaki sehingga aku tidak bisa berjalan karena rasa nyeri akhirnya won woo menggendongku ke kamar dan membaringkankku untuk bersantai karena ini adalah hari minggu dan kami tidak berangkat sekolah.
Aku menonton televisi dan itulah yang selalu membuatku bosan.
“apa kau bosan?”
Tanya won woo saat masuk ku kamarku.
“ya jika hanya menonton televisi dan tanpa kegiatan apapun selalu membuatku bosan”
“kalau begitu bagai mana kalau kita menonton DVD saja agar lebih seru”
Usulan won woo sepertinya menarik dan kami mulai mencari DVD sebelum won woo menemukan DVD film horror yang tak pernah ku tonton karena aku tidak berani menontonnya. Akhirnya kami menonton film horror tadi walaupun won woo telahku jelaskan bahwa aku sangat takut pada film horror tetapi won woo penasaran ingin menontonnya.
“apa kau takut”
Tanya won woo dengan nada menggoda.
“ya aku takut lalu apa”
“kalau kau takut kau boleh memelukku”
Dia menggodaku lagi dan akhirnya aku melotot dan mendorong badanya. Film telah dimulai dan sampailah pada bagian yang sangat menakutkan
“aaaaaaaaaa…….”
Teriakku sambil memeluk won woo erat-erat dan won woo pun memelukku sambil tertawa.
“kau ini”
Aku berteriak pda won woo dan dia semakin metertawakanku. Aku mematikan televisi itu dan menyuruh won woo pergi dari kamar dan iapun menurutinya.
Won woo pulang dan ada rasa yang aneh kurasakan disaat dia berpamitan, aku merasa aku tidak ingin ia tinggalkan aku ingin dia tetap disampingku.
“chagi aku akan pulang jika ada apa-apa kabari aku dan untuk besok pagi aku akan menjemputmu untuk berangkat sekolah jadi tunggulah namjachingu mu ini besok”
“sejak kapan kau menjadi namjachingu ku hah?”
“sejak kau bilang bahwa kau mencintaiku kemarin”
“benarkah pasti aku sedang kerasukan atau sedang mabuk waktu itu”
“yau kau memang sedang mabuk, mabuk akan cinta mu kepada ku”
“sudahlah cepatlah pergi dari hadapanku”
“baiklah dan jika kau merindukanku cepat hubungi aku”

Sambil tertawa Won woo pergi dan kurasa muka ku sudah berubah merah karena mendengar perkataannya aku menahan malu ku di balik selimut sambil terseyum malu. Dan saat ku rasakan memang ada yang berubah saat aku bersamanya karena aku belum pernah merasakan lega dan bahagia saat bersama laki-laki yang baru kekenal.