Senin, 28 Maret 2016

fanfic first: The first love is irreplaceable

CHAPTER 8
Kami semakin hari semakin erat. Aku sering datang ke rumahnya dan begitu sabaliknya dengan Won woo yang sering datang kerumahku.
Kali ini aku datang kerumah ibu Won woo untuk menjenguk beliau yang sedang sakit dengan ditemani oleh Won woo sendiri. Rumah Won woo dan ibunya memang berbeda dikarenakan Won woo tinggal di apartement sementara ibunya tinggal di rumah lama kakeknya disebuah desa kecil di sudut kota seoul.
“Annyeong haseyo eommonim”
Sapaku sambil melangkah memasuki kamar dimana terbaring ibu Won woo yang terlihat pucat dengan senyuman kecil di sudut bibirnya.
“kalian datang rupanya”
“ye eommonim, kami datang untuk melihat keadaan eommonim”
Kami saling berbincang cukup lama di dalam kamar sebelum aku dan Won woo melangkah keluar dari kamar bertujuan untuk pulang.
Dirumah ini banyak sekali bingkai foto dan juga buku foto yang tersimpan rapi di rak penyimpanan. Aku meminta Won woo untuk mengambil salah satu buku foto tersebut dan menceritakannya.
Won woo menceritakan satu demi satu kenangan didalam foto-foto tersebut mulai dari ibu, ayah, kakaknya dan ,,
Tanganku gemetar melihat foto yang tidak aku percaya. Orang yang berfoto bersama ayah Won woo dia, dia adalah ,,
“appa”
Bibirku gemetar melihat foto itu.
Won woo melihat foto tersebut dan segera memintanya dariku dan menutupnya. Aku tidak percaya bahwa orang tua kami adalah rekan bisnis dari ayah Won woo.
“wae didalam foto itu ada ayahku, wae?
Aku mulai tidak percaya dengan foto yang kutemukan. Sebuah foto yang melihatkan dua orang lelaki yang berjabat tangan seperti sadang menyetujui sesuatu dengan bekground sepanduk bertulis VICTORI COMPENY dan STAR COMPENY.
Won woo mulai menatapku dengan muka bersalah.
“mianhae chagi”
“kau adalah keluarga dari VICTORI COMPENY yang beralih kekuasaan menjadi STAR COMPENY bukan?”
Aku menahan tangis dan amarah yang teramat sangat.
“kakakmu bernama Jeon Jungkook orang yang telah dipenjara 2th lalu karena pembunuhan yang telah ia lakukan kepada keluargaku dengan motif  balas dendam karena keluargamu bangkrut karena kalah tender bukan?”
Aku semakin tidak percaya, orang yang selama ini aku cintai ternyata adalah anak dari keluarga yang telah menyebabkan aku dan kakakku tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orangtua kami sejak aku masih remaja.
“jeongmal mianhae chagi”
“kurasa kau tidak perlu menjelaskan tentang foto-foto ini lagi dan tidak perlu memanggilku dengan sebutan chagi lagi.”
Aku beranjak dengan air mata mulai menetes dari sisi mataku. Won woo menahan tanganku untuk mencegahku pergi dan aku membalasnya dengan tamparan yang mendarat tepat di sisi pipinya.
Aku menuju ke kamarku dengan air mata yang membasahi seluruh wajahku. Kakak terheran melihatku dan memanggilku seraya  mengikutiku dari belakang. Aku menutup dan mengunci kamarku.
“ya chagi gwenchana?”
Aku membanting semua barang yang ku lihat.
“chagi ada apa? Apa yang terjadi dengan mu? Buka pintunya chagi”
Kakakku menggedor pintu semakin keras.
Tak terdengar suara lagi dari pitu kamar dan aku mulai kehabisan barang pelampiasan. Aku terduduk di sudut kamar sambil terisak tak henti-hentinya.
Aku keluar kamar disaat pagi hari.
“chagi kau baik-baik saja?”
“aku baik-baik saja, tidak ada masalah”
Aku bergegas untuk berangkat kesekolah dengan diantar oleh kakakku. Sepanjang perjalanan kakakku sesekali menatapku nanar, mungkin ia menyadari bahwa aku menjadi murung sejak tadi malam.
Sesampainya disekolah aku berjalan dengan tatapan kosong. Sudut mataku teralihkan dengan keberadaan Won woo yang mulai mendekatiku dan akupun beranjak menjauh dari Won woo yang terus mengikutiku sampai di depan kelas.
Selama pelajaran berlangsung aku terus memandangi kearah jendela yang menuju langsung ke lapangan basket dengan tatapan kosong.

‘Apa, apa yang harus aku perbuat setelah mengerti fakta yang sangat menyakiti hatiku ini’ dalam hatiku berkecambuk segala pertanyaan yang membuatku selalu mengingat Won woo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar