CHAPTER 8
Kami semakin hari semakin
erat. Aku sering datang ke rumahnya dan begitu sabaliknya dengan Won woo yang
sering datang kerumahku.
Kali ini aku datang kerumah
ibu Won woo untuk menjenguk beliau yang sedang sakit dengan ditemani oleh Won
woo sendiri. Rumah Won woo dan ibunya memang berbeda dikarenakan Won woo
tinggal di apartement sementara ibunya tinggal di rumah lama kakeknya disebuah
desa kecil di sudut kota seoul.
“Annyeong haseyo eommonim”
Sapaku sambil melangkah
memasuki kamar dimana terbaring ibu Won woo yang terlihat pucat dengan senyuman
kecil di sudut bibirnya.
“kalian datang rupanya”
“ye eommonim, kami datang
untuk melihat keadaan eommonim”
Kami saling berbincang
cukup lama di dalam kamar sebelum aku dan Won woo melangkah keluar dari kamar
bertujuan untuk pulang.
Dirumah ini banyak sekali
bingkai foto dan juga buku foto yang tersimpan rapi di rak penyimpanan. Aku
meminta Won woo untuk mengambil salah satu buku foto tersebut dan
menceritakannya.
Won woo menceritakan satu
demi satu kenangan didalam foto-foto tersebut mulai dari ibu, ayah, kakaknya
dan ,,
Tanganku gemetar melihat
foto yang tidak aku percaya. Orang yang berfoto bersama ayah Won woo dia, dia
adalah ,,
“appa”
Bibirku gemetar melihat
foto itu.
Won woo melihat foto
tersebut dan segera memintanya dariku dan menutupnya. Aku tidak percaya bahwa
orang tua kami adalah rekan bisnis dari ayah Won woo.
“wae didalam foto itu ada
ayahku, wae?
Aku mulai tidak percaya
dengan foto yang kutemukan. Sebuah foto yang melihatkan dua orang lelaki yang
berjabat tangan seperti sadang menyetujui sesuatu dengan bekground sepanduk
bertulis VICTORI COMPENY dan STAR COMPENY.
Won woo mulai menatapku
dengan muka bersalah.
“mianhae chagi”
“kau adalah keluarga dari
VICTORI COMPENY yang beralih kekuasaan menjadi STAR COMPENY bukan?”
Aku menahan tangis dan
amarah yang teramat sangat.
“kakakmu bernama Jeon
Jungkook orang yang telah dipenjara 2th lalu karena pembunuhan yang
telah ia lakukan kepada keluargaku dengan motif balas dendam karena keluargamu bangkrut karena
kalah tender bukan?”
Aku semakin tidak percaya,
orang yang selama ini aku cintai ternyata adalah anak dari keluarga yang telah
menyebabkan aku dan kakakku tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orangtua
kami sejak aku masih remaja.
“jeongmal mianhae chagi”
“kurasa kau tidak perlu
menjelaskan tentang foto-foto ini lagi dan tidak perlu memanggilku dengan
sebutan chagi lagi.”
Aku beranjak dengan air
mata mulai menetes dari sisi mataku. Won woo menahan tanganku untuk mencegahku
pergi dan aku membalasnya dengan tamparan yang mendarat tepat di sisi pipinya.
Aku menuju ke kamarku
dengan air mata yang membasahi seluruh wajahku. Kakak terheran melihatku dan
memanggilku seraya mengikutiku dari
belakang. Aku menutup dan mengunci kamarku.
“ya chagi gwenchana?”
Aku membanting semua barang
yang ku lihat.
“chagi ada apa? Apa yang
terjadi dengan mu? Buka pintunya chagi”
Kakakku menggedor pintu
semakin keras.
Tak terdengar suara lagi
dari pitu kamar dan aku mulai kehabisan barang pelampiasan. Aku terduduk di
sudut kamar sambil terisak tak henti-hentinya.
Aku keluar kamar disaat
pagi hari.
“chagi kau baik-baik saja?”
“aku baik-baik saja, tidak
ada masalah”
Aku bergegas untuk
berangkat kesekolah dengan diantar oleh kakakku. Sepanjang perjalanan kakakku
sesekali menatapku nanar, mungkin ia menyadari bahwa aku menjadi murung sejak
tadi malam.
Sesampainya disekolah aku
berjalan dengan tatapan kosong. Sudut mataku teralihkan dengan keberadaan Won
woo yang mulai mendekatiku dan akupun beranjak menjauh dari Won woo yang terus
mengikutiku sampai di depan kelas.
Selama pelajaran
berlangsung aku terus memandangi kearah jendela yang menuju langsung ke
lapangan basket dengan tatapan kosong.
‘Apa, apa yang harus aku
perbuat setelah mengerti fakta yang sangat menyakiti hatiku ini’ dalam hatiku
berkecambuk segala pertanyaan yang membuatku selalu mengingat Won woo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar